Senin, 09 Juli 2012

Ketika Kebaikan berakhir Penyesalan.. Andaikata aku bisa memberi lebih


di poskan oleh Nisrina Nur Fauzia pada 18 April 2012 pukul 14:29 ·

            Seprti yang telah biasa di lakukan ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia, maka Rasulullah SAW mengantarkan jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya di sempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakkal menerima musibah itu.
            Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “ Adakah almarhum mengucapkan wasiat sebelum sebelum wafatnya? ”  Istri almarhum itu kemudian menjawab, “ Saya mendengar dia mengatakan sesuatu di antara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal ”. “ Apa yang di katakannya? ” tanya Rasulullah SAW. “ Saya tidak tahu ya tanya Rasulullah SAW, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah rintihan pedih karena dahsyatnya sakaratulmaut. Cuma ucapannya sulit di pahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong. ” “ Bagaimana bunyinya?” desak Rasulullah SAW. Istri yang setia itu menjawab, “ Suami saya mengatakan “Andai kata lebih jauh lagi.... andaikata yang masih baru.... andaikata semuanya.....” hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung di buatnya. Apakah perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan ang tidak selesai?”  Rasulullah SAW tersenyum “ Sungguh yang di ucapkan suamimu itu tidak keliru ”.
            Kisahnya begini, pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan sholat jum’at. Di tengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata “Andaikata lebih jauh lagi”. Maksudnya,  andaikata jalan ke masjid itu lebih juh lagi, pasti pahalanya lebih esar pula. “Ucapan lainnya ya Rasulullah SAW?”  tanya sang istri mulai tertarik.
            Nabi menjawab, “ Adapun ucapannya yang kedua di katakannya tatkala ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedang cuaca dinginsekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, lalu di kenakannya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, di berikannya kepada lelaki tersebut. Dan iapun mengenakan mantel  yang baru di belinya tersebut. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya  itu sehingga iapun menyesal dan berkata, “ Andaikata yang masih baru kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi ”. Itulah yang di katakan suamimu selengkapnya. Kemudian ucapannya yang ketiga, apa maksudnya Ya Rasulullah SAW?” tanya sang istri dengan rasa ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan, “ Ingatlah ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta untuk di sediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah di campur daging. Namun, tatkala hendak di makannya, tiba-tiba datang seorang janda bersama yatimnya mengetuk pintu dan meminta makanan.
            Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah di berikan kepada janda dan anak yatim itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata, “ Kalau aku tahu begini hasilnya, janda dan anak yatim itu tidak hanya kuberi separuh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda”.
            Subhanallah penggalan kisah diatas menceritakan betapa sahabat Rasulullah SAW begitu menyesalnya walaupun berbuat kebajikan (bersedekah). Menyesal karena tidak memaksimalkan semuanya... Menyesal karena tatkala di perlihatkan balasan yang luar biasa dari sedekah yang di lakukannya...
            Saudaraku, bagaimanakah dengan kita?? Sudahkah memaksimalkanamal kita? Sudahkah ibadah kita berkualitas?. Saudaraku, kita masih bisa bernafas, masih bisa membaca cerita ini, berarti kita masih hidup...masih ada kesempatan... Mari manfaatkan kesempatan ini, karena tak akan ada kesempatan kedua ketika kita sudah menemui ajal kita...

#Naskah Majalah El-Aman edisi 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar